Kiblat Umat Islam
Apakah yang dimaksud dengan Kiblat? Secara literal kiblat dalam bahasa
Arab adalah pemusatan perhatian. Awalnya, sebelum ada kiblat, umat Islam
awal shalat menghadap ke mana saja. Jadi, di satu tempat yang sama,
bisa ada yang menghadap ke timur, barat, atau arah lain sesuka mereka.
Kemudian, ditetapkanlah kiblat mengarah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem.
Menurut hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah
Muhammad SAW mengerjakan shalat berkiblat ke Al-Quds selama sekitar 16
atau 17 bulan semasa berada di Madinah. Dalam sejarah Islam, arah kiblat
memang pernah diubah. Setelah semula mengarah ke Masjdil Aqsha
(Al-Quds), kemudian turun firman ALLAH SWT untuk mengubah arah kiblat
seperti diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 144:
Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan palingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Maka
palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram.
Sejak saat itu, hingga kini, kiblat shalat umat Islam berubah ke Ka’bah.
Hal ini dipercaya sama dengan kiblat yang telah pernah ditetapkan untuk
Nabi Adam a.s. dan Nabi Ibrahim a.s.
Begitu kaum Yahudi di Madinah mengetahui bahwa Kiblat kaum Muslim telah
berubah ke arah Masjidil Haram dan tidak lagi ke Masjidil Aqsa, mereka
bukan saja berolok-olok dan menertawakan, melainkan juga terperanjat
dengan perubahan itu. Ini karena selama ini mereka dapat menerima
keberadaan umat Muslim sehubungan dengan kesamaan Kiblat dengan mereka.
Kini dengan terpisahkannya Kiblat kaum Muslim dengan kaum Yahudi berarti
pula bahwa orang-orang Muslim adalah sebuah umat tersendiri dan
terpisahkan dari mereka orang-orang Yahudi. Maka sejak saat itu mereka
memperkeras sikap pertentangan terhadap umat Islam dan memperlakukan
umat Islam sebagai musuh.
Lebih jauh lagi, perubahan Kiblat ini mempertegas penjelasan bahwa
Al-Aqsa maupun Masjidil-Haram bukanlah sebentuk berhala (benda yang
disembah), dan tujuan sebenarnya dari menghadap ke arah Kiblat adalah
melaksanakan perintah Allah SWT. Bisa saja diperintahkan-Nya kita
menghadap ke Masjidil-Haram ataupun Masjidil-Aqsa. Kewajiban kita adalah
mematuhi perintah-Nya dengan segenap akal dan sepenuh hati. Manfaat
lain dari pengalihan Kiblat adalah untuk memisahkan antara orang-orang
munafik dengan Muslim yang sejati. Perhatikanlah Firman Allah SWT
didalam Surat Al-Baqarah Ayat 143,
… Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul
dan siapa yang membelot.
Perlu diingat bahwa adakalanya Sunnah dibatalkan oleh Al-Qur’an, dan jika tidak dibatalkan maka keabsahannya setara dengan Al-Qur’an. Misalnya, Semula arah Kiblat tidak disebutkan didalam Al-Qur’an, maka umat Muslim mengikuti Sunnah. Kemudian perubahan Kiblat ditegaskan didalam Al-Qur’an, namun ditekankan pula bahwa shalat yang telah dikerjakan menurut sunnah tidaklah sirna (nilainya).
Perlu diingat bahwa adakalanya Sunnah dibatalkan oleh Al-Qur’an, dan jika tidak dibatalkan maka keabsahannya setara dengan Al-Qur’an. Misalnya, Semula arah Kiblat tidak disebutkan didalam Al-Qur’an, maka umat Muslim mengikuti Sunnah. Kemudian perubahan Kiblat ditegaskan didalam Al-Qur’an, namun ditekankan pula bahwa shalat yang telah dikerjakan menurut sunnah tidaklah sirna (nilainya).
Perlu diingat bahwa adakalanya Sunnah dibatalkan oleh Al-Qur’an, dan jika tidak dibatalkan maka keabsahannya setara dengan Al-Qur’an. Misalnya, Semula arah Kiblat tidak disebutkan didalam Al-Qur’an, maka umat Muslim mengikuti Sunnah. Kemudian perubahan Kiblat ditegaskan didalam Al-Qur’an, namun ditekankan pula bahwa shalat yang telah dikerjakan menurut sunnah tidaklah sirna (nilainya).
Meski begitu, tidak pernah ada sebuah perintah yang menegaskan keharusan
presisi secara geografis untuk menghadap kiblat ke Ka’bah di Mekkah.
Karena jumhur ulama pun sepakat dalam keadaan tidak tahu arah kiblat
atau melakukan shalat di perjalanan dalam arti di atas kendaraan yang
bergerak, menghadap ke mana pun tidak masalah. Maka, hemat saya tidak
menjadi persoalan besar apabila ada masjid -apalagi masjid kuno- yang
meleset 1-2 derajat dalam menentukan arah kiblatnya. Bukankah ada
tertulis firman ALLAH SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 115:
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, kemanapun kamu menghadap
disitulah Wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi
Maha Mengetahui.
Hikmah dibalik penetapan Kiblat
Adakah hikmah dibalik penetapan Kiblat? Sebagaimana kita ketahui, ibadah
puasa dan dzikrullah (mengingat Allah SWT) adalah ibadah individu.
Adapun Shalat dan Haji adalah ibadah yang dikerjakan secara berjama’ah
(bersama-sama). Dalam penetapan Kiblat terkandung makna penegasan dan
pengajaran tata-cara dan tata-krama (etika) suatu dinamika kelompok.
Prinsip terpenting untuk mencapai kesatuan dan kesetia-kawanan
(solidaritas) kelompok adalah dengan penyatuan arah pandangan yang
menafikkan pengelompokan atas dasar kebangsaan, rasialisme, kesukuan,
asal wilayah, bahasa, maupun asal negara.
Allah SWT memilih Kiblat sebagai jalan-keluar untuk mencapai Kesatuan
dan Solidaritas Umat karena, pilihan selain Kiblat, alih-alih
mempersatukan, justru mengkotak-kotakkan Umat. Agama Islam adalah agama
semua Nabi. Maka, satu-satunya penegasan bahwa semua Nabi hanya
mengajarkan satu ajaran (yakni, Tauhid) adalah dengan penetapan sebuah
‘Titik-Arah’ Peribadatan.
Kiblat yang tunggal untuk semua orang di seluruh penjuru dunia
melambangkan kesatuan dan keseragaman diantara mereka. Lebih dari itu,
perintah ini sangat sederhana dan mudah dikerjakan, baik oleh lelaki
ataupun perempuan, berpendidikan tinggi ataupun rendah, orang kampung
ataupun orang kota, kaya ataupun miskin, semuanya menghadap ke titik
yang sama. Hal ini menunjukkan betapa sederhananya dan betapa indahnya
Al-Islam.
Perlu dicatat dalam ingatan bahwa, jika keputusan ini diserahkan kepada
umat niscaya terjadilah ketidak-sepakatan yang sangat tajam. Namun,
dengan Rahmat Allah SWT diputuskan-Nya hal ini sekali saja untuk ditaati
oleh semua insan, sebagai pemersatu dan penyeragaman Umat Islam. Maka
dari itu, ketika Adam AS sampai ke bumi, pondasi Baitullah (Ka’bah)
telah diletakkan oleh para malaikat. Kiblat untuk Nabi Adam AS dan
keturunannya adalah Ka’bah yang bentuknya masih sangat sederhana ini.
Allah SWT berfirman didalam Surat Ali ‘Imran ayat 96:
Sesungguhnya, rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat ibadah)
manusia, adalah Baitullah di Bakkah (Makkah) yang diberkati dan menjadi
petunjuk bagi semesta alam.
Arah Kiblat Indonesia
Sebelumnya, MUI mengeluarkan fatwa pada 22 Maret 2010 yang isinya antara lain mengatur mengenai arah kiblat yang disebutkan ke arah barat. Namun kemudian Ketua MUI Bidang Fatwa Ma`ruf Amin merevisi arah tersebut karena posisi negara Indonesia yang tidak berada di wilayah timur Ka`bah.
Arah Kiblat Indonesia
Sebelumnya, MUI mengeluarkan fatwa pada 22 Maret 2010 yang isinya antara lain mengatur mengenai arah kiblat yang disebutkan ke arah barat. Namun kemudian Ketua MUI Bidang Fatwa Ma`ruf Amin merevisi arah tersebut karena posisi negara Indonesia yang tidak berada di wilayah timur Ka`bah.
“Indonesia itu letaknya tidak di timur pas Kabah tapi agak ke selatan,
jadi arah kiblat kita juga tidak barat pas tapi agak miring yaitu arah
barat laut,” kata Ma`ruf. “Tidak mutlak arahnya, karena yang dituju
bukan fisik Ka`bah tapi jihat (arah) Ka`bah, dan itu bisa berbeda-beda
di setiap tempat. Di Jawa, arah kiblat ini berbeda dengan di Kalimantan
misalnya,” papar Amidhan.
Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) KH Ghazali Masruri
menegaskan, arah kiblat shalat umat Islam Indonesia adalah barat laut,
bukan arah barat seperti yang selama ini dipahami khalayak awam.
“Kiblat bukan di barat, tetapi di barat laut. Dari arah barat lurus
bergeser sedikit ke utara kira-kira antara 20-25 derajat,” kata Kiai
Ghazali dalam seminar bertajuk “Kontroversi Arah Kiblat” yang digelar
Lembaga Ta`mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU).
Namun demikian, katanya, untuk meluruskan arah kiblat tidak harus
dilakukan pembongkaran masjid atau mushala, cukup shaf atau barisannya
saja yang digeser. “Pengelola masjid cukup menggeser arah sajadah saja,
arah barisan shalatnya. Ini kan tidak harus lurus dengan tembok, kalau
memang temboknya tidak lurus kiblat,” katanya.
** dari berbagai sumber
Posting Komentar