PENGARUH PERGESERAN LEMPENG BUMI TERHADAP
VALIDITAS ARAH KIBLAT MASJID-MASJID DI INDONESIA
BAB I
LATAR BELAKANG
Al-Qur'an
dan Hadits adalah sumber hukum utama yang menjadi pegangan hidup bagi seluruh
umat Islam. Dalam al-qur'an disebutkan" Dan darimana saja kamu keluar
(datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, dan dimana saja
kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah
bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang dzalim di antara mereka. Maka
janganlah kamu takut kepada mereka , dan takutlah kepadaKu, dan agar Ku
sempurnakan ni'matKu atas kamu, dan supaya kamu mendapatkan petunjuk"[1].
Dengan dasar ayat tersebut, para ahli fiqh (hukum Islam)
bersepakat menyatakan bahwa menghadap ke arah kiblat merupakan salah satu
syarat sahnya ibadah shalat. Oleh karena
itu, tidak sah shalatnya seseorang tanpa menghadap ke arah kiblat.
Dalam hadits
dijelaskan "Bahwa sesungguhnya Nabi SAW ketika masuk ke Baitullah,
beliau berdo'a di sudut-sudutnya dan tidak shalat di dalamnya sampai beliau
keluar. Kemudian setelah keluar beliau shalat dua rekaat di depan Ka'bah, lalu
beliau berkata: "Inilah kiblat"[2].
Berdasarkan hadits di atas bahwa yang dimaksud dengan kiblat di sini adalah
ka'bah[3].
Bagi
seseorang yang dalam keadaaan kebingungan tidak mengetahui arah kiblat, maka
baginya cukup menghadap ke mana saja yang ia yakini. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadits " Bahwa kami pernah bepergian bersama Nabi pada
suatu malam yang gelap sehingga kami tidak mengetahui kemana arah kiblat.
Kemudian kami melakukan shalat menurut keyakinan. Setelah pagi hari, kami
menuturkan hal demikian kepada Nabi, lalu turun ayat" Kemana saja kalian
menghadap, di sanalah dzat Allah.[4].
Dengan
begitu, menghadap ke arah kiblat merupakan salah satu syarat sah bagi umat
Islam yang hendak melaksanakan ibadah shalat, baik shalat fardlu lima waktu
maunpun shalat sunah. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa menghadap kiblat
ketika melaksanakan shalat sebuah keharusan atau kewajiban dan dianggap tidak
sah shalat apabila seseorang shalat tanpa menghadap kiblat atau
sekurang-kurangnya menyakini arah kiblat.
BAB II
PERMASALAHAN
Bencana
alam gempa bumi yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng bumi, akhir-akhir ini
sering terjadi dimana-mana, di beberapa titik balahan dunia yang akibatnya
menghancurkan dan memporakporandakan sebagian besar negara-negara besar,
termasuk negara kita Indonesia. Seperti pergeseran lempeng bumi yang
mengakibatkan terjadinya Tsunami di Aceh, Tsunami di Mentawai, gempa di
Yogyakarta dan di tempat lainnya. Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya
menghancurkan harta benda, tetapi juga merenggut ribuan jiwa manusia.
Dengan adanya gempa bumi yang terjadi bertubi-tubi ini, ada
sebuah anggapan bahwa arah kiblat di sejumlah masjid yang ada di wilayah
indonesia, khususnya dititik terjadinya gempa bumi mengalami pergeseran
beberapa derajat. Pendapat mereka pergeseran lempeng bumi inilah yang
menjadikan penyebab terjadinya pergeseran arah kiblat di sejumlah masjid.
Dari sinilah timbul permasalahan, apakah benar gempa bumi
yang diakibatkan pergeseran lempeng bumi menenggarai penyebab pergeseran arah
kiblat di beberapa masjid yang ada di wilayah nusantara? Inilah sebuah
persoalan yang mulai muncul dan diramaikan pada tahun sekarang ini. Dan
dikhawatirkan persoalan ini akan bergeser menjadi sebuah perpecahan yang tidak
kunjung selesai.
Dalam tulisan ini penulis akan mengangkat jawaban dari
permasalahan tersebut. Menurut penulis permasalahan tersebut dinilai sangat
penting untuk dikaji, agar ditemukan titik temu dari permasalahan ini. Karena
ini ada hubungannya dengan keyakinan dalam melaksanakan ibadah shalat.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pergeseran lempeng bumi terhadap
penentuan arah kiblat,
membangun kembali keyakinan seluruh umat islam dalam melaksanakan ibadah dan
menyatukan pemahaman umat islam khususnya di Indonesia. Serta umat islam
dapat megequalisasikan antara Iptek dengan Imtak/Ilmu agama.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Selayang
Pandang Teori Lempeng Tektonik
Menurut
teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi, terbuat dari suatu lempengan
tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan
ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori
Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah
berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami,
dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung,
benua, dan samudra.
Lempeng
tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth's
mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini
dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak
benua (felsik).
Di
bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah
ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan
lainnya. Ini dikarenakan adanya pergerakan lempeng bumi.[5]
B. Pergerakan
Lempeng (Plate Movement)
1. Batas
Divergen
Terjadi
pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan
pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua,
proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley)
akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
2. Batas
Konvergen
Terjadi
apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip
beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng
benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction
zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.
3. Batas
Transform
Terjadi
bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk
(transform fault).[6]
C. Skala
dan Laju Pergerakan Lempeng Bumi
Sebenarnya pergerakan benua-benua bergeser dengan amat lambat,
yaitu hanya beberapa centimeter per tahunnya, akan tetapi karena waktu
yang ditempuh adalah jutaan tahun, maka pergeserannya menyebabkan jarak yang
sangat jauh seperti sekarang ini.
Pergerakan lempengan tektonik berlangung sacara bertahap dan
tidak mengejutkan, serta tidak terasa pada awalnya. Karena pergeserannya hanya
beberapa centimeter per tahun. Berikut ini beberapa contoh laju lempeng
tektonik di dunia.[7]
1. Tiap-tiap sisi samudra
atlantik bergerak saling menjauh dari pusat kurang lebih 1 centimeter pertahun
2. Amerika diklaim telah
menjauh hamper 5 meter dari inggris sejak proklamasi kemerdekaanya tahun 1776,
atau menjauh 2 centimeter per tahun.
3. Punggungan pasifik timur
saat ini bergerak paling cepat dengan kecepatan 10 centimeter per tahun.
4. Semudra pasisfik bagian
timur bergerak ke utara dengan laju 6 centimeter per tahun.
Pada saat terjadi pergeseran antara dua lempengan pergerakan
kedua lempeng terkunci pada satu atau lebih lokasi. Akibatnya, tenaga yang
besar terjebak dan semakin besar pada lokasi yang terkunci antar lempeng.
Ketika kedua lempengan kembali bergeser, maka tenaga besar yang terjebak di lokasi
yang terkunci terbebaskan energi. Proses ini menimbulkan getaran partikel ke
segala arah yang disebut dengan gelombang gempa bumi.[8]
D. Letak
Geografis Negara Indonesia
Negeri
kita tercinta berada di dekat batas lempeng Tektonik Eurasia dan
Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah Konvergen. Lempeng
Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain
itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng
Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.
Lempeng
Tektonik terus bergerak, suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan
yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami dan meningkatnya
kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang
bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas
gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
E. Dampak Pergeseran Lempeng Bumi terhadap Arah Kiblat
Dr. Amien Widodo ilmuwan
pakar gempa mengungkapkan betapa dalam kondisi negeri yang sering terlanda
gempa seperti halnya Indonesia dampak akibat pergerakkan aktif lempeng bumi
dapat menyebabkan terjadi pergeseran muka bumi hingga mencapai 7 cm per tahun.
Oleh karenanya sebagai negeri kepulauan yang terletak pada lokasi sabuk “Ring
of Fire” di kawasan Asia-Pasifik yang memiliki tingkat aktivitas kegempaan
yang sangat tinggi, maka negeri dengan penduduk penganut agama Islam terbesar
di dunia segenap umat di tanah air pantas untuk menyadari adalah sangat mungkin
terjadi penyimpangan terhadap kiblat di setiap lokasi tempat berdirinya masjid.[9]
Dalam kajian sejumlah
ilmuwan ahli ilmu kebumian dari BPPT serta LIPI pun memang pernah menyiarkan
temuan terdapat pergeseran permukaan bumi rata-rata hingga -/+ 3 cm per tahun
berdasar hasil pengukuran lapangan pada wilayah kawasan Sumatera dan Jawa yang
memang mengalami dampak tumbukan diantara lempeng Australia dan lempeng Asia.[10]
Dengan begitu, fenomena ini juga dapat menggeser arah kiblat di suatu saat
nanti.
Hasil
penelitian Evi Dahliyatin Nuroini, seorang mahasiswi Fakultas Syari‟ah. Jurusan
Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, dalam Skripsinya yang berjudul "Pengaruh Pergeseran Lempeng
Bumi Terhadap Penentuan Arah Kiblat Masjid-Masjid di Kota Yogyakarta",
menunjukkan bahwa pergeseran lempeng bumi dapat mempengaruhi arah kiblat,
dengan perubahan lintang dan bujur tempat pada kisaran satuan detik dengan
kurun waktu 7 tahun. Perubahan tersebut bisa diketahui dengan adanya selisih
antara data lintang dan bujur tempat tahun 2010 dikurangi dengan data lintang
dan bujur tempat tahun 2003. Karena lintang dan bujur tempat berubah, maka hasilnya
juga mempengaruhi azimuth kiblat..
BAB IV
KESIMPULAN
Seluruh permukaan bumi berupa kepingan lempeng-lempeng tanpa
celah dan lempeng besar yang terdiri dari lempeng benua dan lempeng samudra
yang terus bergerak. Pergerakannya
secara konstan antar satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perubahan
struktur bumi pada saat lempeng-lempeng tersebut berpapasaan. Dan bahkan bisa
mengakibatkan terjadinya gempa bumi dan juga tsunami.
Lempeng-lempeng tektonik bumi laksana piring yang berputar
dan semuanya bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda relatif antara satu
dengan yang yang lain, bahkan pergeseran
itu bisa sampai 10 cm per tahun. Sehingga akibat dari pergeseran ini secara
tidak langsung dapat merubah posisi lintang dan tempat suatu tempat dari
sebelumnya. Karena lintang dan bujur suatu tempat berubah dari sebelumnya, maka
logikanya akibat dari pergeseran lempeng bumi ini juga akan mempengaruhi arah
kiblat suatu tempat tersebut.
Memang benar, perubahan tidak
membawa dampak yang besar, karena perubahannya berkisar pada satuan detik dalam
kurun waktu satu tahun. Akan tetapi, apabila dalam kurun waktu 30 tahun sampai
dengan 50 tahun mendatang, perlu adanya koreksi arah kiblat, yang memungkinkan
perubahan lintang dan bujur tempat akibat pergeseran lempeng bumi berada pada
satuan menit per tahun.
Dengan demikian, akibat dari pergeseran
lempeng bumi dapat mempengaruhi validitas arah kiblat suatu tempat. Untuk itu, perlu
dilakukan klarifikasi arah kiblat di seluruh masjid-masjid yang ada di
Indonesia, karena Indonesia terletak
pada lokasi sabuk “ring of fire” di kawasan Asia-Pasifik yang memiliki
tingkat aktivitas pergeseran lempeng yang sangat tinggi. Ini dilakukan dengan
tujuan agar
mendapatkan hasil yang tepat mengarah ke Ka'bah. Dan tentunya, ini akan
menambah keyakianan kita dalam melaksanakan ibadah shalat, baik shalat fardhu
maupun sunnah.
DAFTAR PUATAKA
Bayong
Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan
Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan/penafsiran
Al-Qur'an, 1965).
http://aryvolution.blogspot.com/2009/12/arah-kiblat-di-indonesia-berubah.html
http://www.facebook.com/topic.php?uid=53093482741&topic=11824
Muslim, Shahih
Muslim, (Kairo: darul Fikr, 1982).
Susiknan
Azhar, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, cet. II,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007).
Tirmidzi,
Sunan at-Tirmidzi, (Mesir: Mushtafa Babil Halabi, 1937).
Triton
PB, Sejarah Bumi dan Bencana Alam, (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2009).
[1] QS. al-Baqarah:150,
lihat Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggaraan Penerjemahan/penafsiran Al-Qur'an, 1965)
[3] Ka'bah
merupakan bangunan suci yang terletak di kota Mekkah. Nabi Adam AS dianggap sebagai
peletak dasar bangunan ka'bah di bumi. Batu-batu yang dijadikan bangunan ka'bah
saat itu diambil dari lima sacred mountains, yakni: Sinai, al-Judi,
Hira, Olivet dan Lebanon. Setelah Nabi Adam wafat, bangunan itu diangkat ke
langit dan lokasi itu dari masa ke masa diagungkan dan disuci oleh umat para
nabi. Pada masa Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, lokasi itu
digunakan untuk membangun sebuah rumah ibadah. Ini merupakan rumah ibadah yang
pertama kali yang ada di bumi, hingga akhirnya bangunan itu masih kokoh sampai
sekarang. Lihat Susiknan Azhar, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan
Sains Modern, cet. II, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007).
[4] HR.
at-Tirmidzi dari Abdullah bin Amir. Lihat Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi,
(Mesir: Mushtafa Babil Halabi, 1937).